Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan.
II. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja
- Tujuan
1. Meningkatkan motivasi karyawan dalam memberikan kontribusi kepada organisasi.
2. Memberikan dasar untuk mengevaluasi kualitas kinerja masing-masing karyawan.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan sebagai dasar untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan dan pengembangan karyawan.
4. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan karyawan, seperti produksi, transfer dan pemberhentian.
- Manfaat
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggannya dan membuat seluruh personil terlibat dalam upaya pemberi kepuasan kepada pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata-rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut.
4. Membuat suatu tujuan strategi yang masanya masih kabur menjadi lebih kongkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran perusahaan.
III. Prinsip Pengukuran Kinerja
i. Seluruh aktivitas kerja yang signifikan harus diukur.
ii. Pekerjaan yang tidak diukur atau dinilai tidak dapat dikelola karena darinya tidak ada informasi yang bersifat obyektif untuk menentukan nilainya.
iii. Kerja yang tak diukur selayaknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
iv. Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja yang diukur.
v. Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil alih-alih sekedar mengetahui tingkat usaha.
vi. Mendefinisikan kinerja dalam artian hasil kerja semacam apa yang diinginkan adalah cara manajer dan pengawas untuk membuat penugasan kerja dari mereka menjadi operasional.
vii. Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus dilakukan secara kerap.
viii. Pelaporan yang kerap memungkinkan adanya tindakan korektif yang segera dan tepat waktu.
ix. Tindakan korektif yang tepat waktu begitu dibutuhkan untuk manajemen kendali yang efektif.
IV. Ukuran Pengukuran Kinerja (Macam Ukuran)
a) Ukuran Kriteria Tunggal (Single Criterium) yaitu ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajernya.
b) Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criterium) yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran dalam menilai kinerja manajernya.
c) Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criterium) yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajernya.
V. Sistem Pegukuran Kinerja
Menurut Cascio (2003: 336-337) sebagai berikut :
a) Relevan (relevance). Relevan mempunyai makna (1) terdapat kaitan yang erat antara standar untuk pelerjaan tertentu dengan tujuan organisasi, dan (2) terdapat keterkaitan yang jelas antara elemen-elemen kritis suatu pekerjaan yang telah diidentifikasi melalui analisis jabatan dengan dimensi-dimensi yang akan dinilai dalam form penilaian.
b) Sensitivitas (sensitivity). Sensitivitas berarti adanya kemampuan sistem penilaian kinerja dalam membedakan pegawai yang efektif dan pegawai yang tidak efektif.
c) Reliabilitas (reliability). Reliabilitas dalam konteks ini berarti konsistensi penilaian. Dengan kata lain sekalipun instrumen tersebut digunakan oleh dua orang yang berbeda dalam menilai seorang pegawai, hasil penilaiannya akan cenderung sama.
d) Akseptabilitas (acceptability). Akseptabilitas berarti bahwa pengukuran kinerja yang dirancang dapat diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya.
e) Praktis (practicality). Praktis berarti bahwa instrumen penilaian yang disepakati mudah dimenegerti oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses penilaian tersebut.
Sedangkan menurut Noe et al (2003: 332-335) sebagai berikut :
a) Mempunyai Keterkaitan yang Strategis (strategic congruence). Suatu pengukuran kinerja dikatakan mempunyai keterkaitan yang strategis jika sistem pengukuran kinerjanya menggambarkan atau berkaitan dengan tujuan-tujuan organisasi. Sebagai contoh, jika organisasi tersebut menekankan pada pentingnya pelayanan pada pelanggan, maka pengukuran kinerja yang digunakan harus mampu menilai seberapa jauh pegawai melakukan pelayanan terhadap pelanggannya.
b) Validitas (validity). Suatu pengukuran kinerja dikatakan valid apabila hanya mengukur dan menilai aspek-aspek yang relevan dengan kinerja yang diharapkan.
c) Reliabilitas (reliability). Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi pengukuran kinerja yang digunakan. Salah satu cara untuk menilai reliabilitas suatu pengukuran kinerja adalah dengan membandingkan dua penilai yang menilai kinerja seorang pegawai. Jika nilai dari kedua penilai tersebut relatif sama, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.
d) Akseptabilitas (acceptability). Akseptabilitas berarti bahwa pengukuran kinerja yang dirancang dapat diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya. Hal ini menjadi suatu perhatian serius mengingat sekalipun suatu pengukuran kinerja valid dan reliabel, akan tetapi cukup banyak menghabiskan waktu si penilai, sehingga si penilai tidak nyaman menggunakannya.
e) Spesifisitas (specificity). Spesifisitas adalah batasan-batasan dimana pengukuran kinerja yang diharapkan disampaikan kepada para pegawai sehingga para pegawai memahami apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana cara untuk mencapai kinerja tersebut. Spesifisitas berkaitan erat dengan tujuan strategis dan tujuan pengembangan manajemen kinerja.
VI. Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan konsep manajemen yang diperkenalkan Robert Kaplan tahun 1992, sebagai perkembangan dari konsep pengukuran kinerja (performance measurement) yang mengukur perusahaan.
Balanced scorecard digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan nonkeuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang.
- Kriteria Balanced Scorecard
a) Dapat mendefinisikan tujuan strategi jangka panjang dari masing – masing perspektif (outcomes) dan mekanisme untuk mencapai tujuan tersebut (performance driver).
b) Setiap ukuran kinerja harus merupakan elemen dalam suatu hubungan sebab akibat (cause and effect relationship).
c) Terkait dengan keuangan, artinya strategi perbaikan seperti peningkatan kualitas, pemenuhan kepuasan pelanggan, atau inovasi yang dilakukan harus berdampak pada peningkatan pendapatan perusahaan
- Langkah-langkah Balanced Scorecard
a) Menterjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan.
b) Mengkomunisasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis balanced scorecard.
c) Merencanakan, menetapkan sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif rencana bisnis.
d) Meningkatkan Umpan Balik dan pembelajaran strategis
- Perspektif Balanced Scorecard
a. Perspektif Keuangan (Financial Perspective)
b. Perspektif Pelanggan (Customer Perspective)
i. Tolak ukur perusahaan saat menggunakan perspektif pelanggan yaitu :
ii. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
iii. Retensi pelanggan (customer retention)
iv. Pangsa pasar (market share)
v. Pelanggan yang profitable
c. Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process Perspective)
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learn and Growth / Infrastucture Perspective)
VII. Manfaat Penilaian Kinerja (Werther & Davis 1996)
1. Perbaikan kinerja
2. Penyesuaian kompensasi
3. Penempatan karyawan
4. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan
5. Perencanaan dan pengembangan karir
6. Mendeteksi kelemahan proses staffing
7. Mendeteksi ketidaktepatan informasi
8. Mendeteksi kesalahan desain jabatan
9. Menjamin kesempatan kerja yang setara
10. Mendeteksi faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja
VIII. Syarat Penilaian Kinerja
Suatu sistem penilaian kinerja harus mampu
menggambarkan secara akurat kinerja yang
tipikal dari seorang karyawan. Untuk itu
sistem penilaian kinerja harus:
• Job-related: Mengevaluasi berbagai perilaku
kritikal yang dapat menghasilkan kinerja yang
sukses.
• Praktis: Dapat dipahami dengan mudah oleh
para evaluator dan karyawan.
• Terstandarisasi: Memungkinkan terwujudnya
praktik penilaian kinerja yang seragam.
IX. Elemen-elemen Kunci Penilaian Kinerja
X. Standar Kinerja
Standar kinerja (performance standards) adalah tolak ukur (benchmark) yang digunakan untuk mengukur kinerja.
•Specific: Jelas dan rinci
•Measurable: Dapat diukur
•Achievable: Dapat dicapai (berdasarkan
kesepakatan antara karyawan dengan
atasannya).
•Result oriented: Berorientasi pada hasil
•Time framed: Jelas jangka waktu
pencapaiannya.
XI. Ukuran Kinerja
Ukuran kinerja (performance measures) adalah nilai atau peringkat yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
- Jenis akurasi ukuran kinerja
XII. Tantangan Penilaian Kinerja
Dalam merancang sebuah sistem penilaian
kinerja yang efektif, kita perlu
mempertimbangkan berbagai tantangan
berikut ini:
• Kendala Hukum
• Bias Penilai
• Masalah Lintas Budaya
Salam Hangat Indonesianer π